Alasan rencana WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) batasi konten promosi susu formula untuk perusahaan perusahaan-perusahaan produsen terungkap.

Langkah ini diambil sebagai bagian dari kampanye WHO untuk meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama enam bulan pertama kehidupannya.

Terkait hal ini WHO berencana untuk mengeluarkan pedoman baru yang bertujuan membatasi pemasaran digital susu formula.

Menurut WHO, pemberian ASI eksklusif memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan perkembangan bayi, seperti mengurangi risiko infeksi, alergi, obesitas, dan diabetes.

Selain itu, ASI juga bermanfaat bagi ibu, seperti mengurangi risiko kanker payudara, ovarium, dan rahim, serta membantu pemulihan pasca melahirkan.

Namun, WHO mengungkapkan bahwa banyak ibu yang terpengaruh oleh pemasaran susu formula yang dilakukan secara online melalui media sosial, influencer, atau bintang TV.

Pemasaran ini dinilai WHO sebagai “eksploitatif” dan menyesatkan, karena menggambarkan susu formula sebagai produk yang setara atau bahkan lebih baik daripada ASI.

WHO Batasi Konten Promosi Susu Formula karena Melanggar Kode Etik

Susu formula
Pemberian ASI eksklusif menjadi alesan WHO batasi konten promosi susu formula

WHO mengatakan bahwa pemasaran susu formula secara online melanggar kode etik yang telah ditetapkan sejak 1981.

Kode etik ini melarang segala bentuk promosi, sponsor, atau sampel gratis susu formula kepada konsumen, tenaga kesehatan, atau fasilitas kesehatan.

Kode etik ini juga mengharuskan perusahaan susu formula untuk mencantumkan label peringatan dan informasi yang jelas dan akurat tentang produk mereka.

Meskipun demikian, hanya 32 negara yang telah menerapkan sepenuhnya kode etik ini ke dalam undang-undang nasional mereka.

Sementara itu, industri susu formula terus berkembang dan mencapai nilai US Dollar 55 miliar (Rp859 triliun) per tahun.

WHO menghadapi tantangan besar untuk mengawasi dan menegakkan kode etik ini di era digital.

Oleh karena itu, WHO akan membahas pedoman baru yang mengatur pemasaran digital susu formula dalam pertemuan Dewan Eksekutif WHO yang akan berlangsung di Jenewa pada 22-27 Januari 2024.

Dengan rencana WHO batasi  konten promosi susu formula ini dan diterbitkannya pedoman baru dapat membantu pemerintah, regulator, dan masyarakat sipil untuk melindungi hak dan kesehatan ibu dan bayi dari praktik pemasaran yang tidak etis.