Mengatasi anak yang sedang mengalami emosi memang bukan tugas yang mudah bagi setiap orang tua. Orang tua perlu memahami karakteristik unik dari masing-masing anak mereka guna menemukan pendekatan yang tepat dalam mengelola gejolak emosi anak.

Namun, tak jarang terjadi bahwa orang tua justru ikut terbawa arus emosi ketika menghadapi anak yang sedang bergejolak emosi.

Tentu saja, situasi semacam ini tidak menguntungkan bagi perkembangan anak dan dapat berdampak negatif pada mereka. Oleh karena itu, terdapat sejumlah tindakan yang sebaiknya dihindari oleh orang tua saat anak mengalami emosi yang kuat.

1.Memberikan Hadiah kepada Anak sebagai Upaya Menenangkan

Banyak dari para Ibu dan Bapak yang cenderung memberikan hadiah atau membelikan camilan setiap kali anak sedang emosi. Jika Anda melakukan hal ini, ada baiknya untuk menghentikannya.

Mengapa demikian? Karena jika Anda terus-menerus memberikan hadiah istimewa kepada anak ketika mereka sedang emosi, anak mungkin akan mengembangkan pandangan bahwa menangis dan mengamuk adalah cara efektif dan cepat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

2. Memberikan Perhatian Berlebihan kepada Anak

Meskipun memberikan perhatian kepada anak sangatlah penting, namun perlu diingat untuk tidak berlebihan, terutama ketika anak sedang emosi. Para Ibu dan Bapak tentu tidak ingin anak menganggap rasa marah atau kesal sebagai cara terbaik untuk menarik perhatian orang tua, bukan?

3. Menenangkan Anak secara Berkelanjutan

Memberikan rasa tenang kepada anak adalah hal yang baik. Akan tetapi, jika hal ini dilakukan terus-menerus, anak akan kesulitan belajar bagaimana mengatur emosi mereka sendiri.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak keterampilan mengatasi emosi sehingga mereka bisa belajar bagaimana mengendalikan diri. Tujuannya adalah agar anak mampu mengelola emosinya sendiri ketika orang tua tidak ada di dekatnya untuk memberikan bantuan.

4. Menyuruh Anak Berhenti Menangis

Saat anak menangis, orang tua mungkin menjadi cemas dan berusaha segera menghentikannya, terutama jika sedang berada di tempat umum. Namun, sebenarnya menyuruh anak untuk berhenti menangis bisa membuat anak semakin frustrasi. Jika anak melihat bahwa orang tua marah atau kesal ketika ia menangis, anak mungkin akan merasa bersalah dan sulit menghentikan tangisannya

5. Berbohong kepada Anak

Banyak sekali orang tua menggunakan kebohongan untuk menghibur anak ketika anak mengalami kekecewaan atau kegagalan.

Apabila tindakan semacam ini berulang-ulang hingga anak tumbuh dewasa, anak akan terbiasa dengan ketidakjujuran dan kebohongan.

Sebagai alternatifnya, lebih baik tetap berbicara jujur dengan menyampaikan fakta dengan cara yang dapat dimengerti oleh anak. Kebiasaan ini akan membantu membentuk sifat jujur pada anak.