Apakah anak yang tantrum itu normal? Si kecil sering berteriak, menangis histeris hingga meronta sampai berguling-gulung di lantai saat ada di muka umum? Kondisi tersebut adalah kondisi dimana orang sering dikenal tantrum.

Ternyata tantrum pada anak itu hal yang normal dan wajar terjadi, utamanya pada anak-anak prasekolah, yaitu 1-4 tahun. Karena belum dapat mengekspresikan keinginannya dengan benar.

Ketika anak mengalami tantrum sebagian orang tua mungkin saja merasa frustasi. Terlebih jika si anak tantrum di muak umum. Untuk itu bunda perlu tahu beberapa fakta yang berhubungan dengan masalah yang kerap terjadi kepada anak-anak.

Terutama untuk anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Sehingga apakah hal itu normal terjadi pada anak atau tidak?

Apakah Anak Yang Tantrum Itu Normal

Tantrum ini adalah ekspresi frustasi si kecil, terhadap rasa marahnya. Hal ini disebabkan karena dirinya tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.

Mungkin saja kamu mengalami kesulitan untuk mencari tahu penyebabnya. Hal ini karena anak sulit untuk mengungkapkan keinginannya. Salah satunya juga dapat terjadi ketika anak merasa lelah, lapar atau juga merasakan sakit.

Apakah anak yang tantrum itu normal? Orang tua hendaknya tidak perlu merasa khawatir akan hal tersebut. apabila anak mengalami tantrum orang tua harusnya tidak perlu panik, karena itu adalah hal yang umum terjadi.

Fakta Tentang Tantrum Pada Anak

Untuk menambah wawasan, bunda sebaiknya ketahui beberapa fakta tentang tantrum apda anak.

1. Frekuensi Tantrum Akan Berkurang Seiring Tambahnya Usia Anak

Apakah anak yang tantrum itu normal

Frekuensi anak yang tantrum seiring bertambahnya usia akan semakin berkurang juga. Pada anak usia 1 tahun rata0-rata anak mengalami tantrum sebanyak 8-9 kali dalam seminggu.

Lalu ketika usianya bertambah menjadi 3 tahun maka frekuensinya turun menjadi hanya 6 kali dalam seminggu. Semakin menurunnya frekuensi tantrum ini karena semakin bertambahnya kemampuan verbal pada anak.

Mengingat tantrum ini adalah penyebab utama karena ketidakmampuan anak dalam menyampaikan hal yang diinginkannya.

2. Dapat Berkembang Menjadi Perilaku Yang Berkelanjutan

Kebanyakan kasus, anak yang alami tantrum memang hanya terjadi sampai rentang usia 4 tahun saja. sehingga frekuensinya semakin menurun seiring berkembangnya kemampuan verbal pada anak.

Namun pada beberapa kasus, tantrum pada anak juga bisa berubah menjadi perilaku berkelanjutan. Apalagi jika tidak disikapi dengan baik oleh orang tua.

Tantrum yang parah dan tidak normal itu terjadi ketika anak tidak lagi hanya menangis atau berteriak saja. Akan tetapi juga sudah mulai melukai dirinya sendiri.

Orang tua harus waspada pada anak yang mengalami tantrum terutama setelah anak berusia 4 tahun. Apalagi jika muncul reaksi berlebihan dengan menyakiti dirinya sendiri atau orang lain. Perlu diketahui juga jika durasi tantrum semakin meningkat hingga lebih dari 5 menit dan lebih dari 5 kali dalam seminggu.

3. Masa Peralihan

Apakah anak yang tantrum itu normal

Tantrum ini adalah masa peralihan dari bayi menjadi anak-anak. Ketika dirinya masih bayi, maka orientasinya hanya berpusat pada dirinya sendiri. Sedangkan ketika anak memasuki masa balita maka ia harus beradaptasi dengan orang di sekitarnya.

Namun pada saat yang bersamaan juga kemampuan interaksi dan komunikasi anak semakin berkembang. Kosakata yang dimilikinya juga masih sangat terbatas sekali. Sehingga si kecil pun merasa sangat kesulitan ketika berekspresi.

4. Orang Tua Harus Tetap Tenang Dan Sabar

Ketika anak mengalami tantrum maka hal terbaik yang harus orang tua lakukan adalah tenang dan sabar. Abaikan saja hingga si kecil menjadi lebih tenang dengan sendirinya.

Jangan pernah juga terpancing emosi apalagi hingga memukul anak. Jangan juga “menyogok” anak dengan sesuatu untuk dapat menghentikan tantrumnya.

Jadi, apakah anak yang tantrum itu normal? Normal ya bunda, terutama pada anak umur 1-4 tahun. Namun perlu diwaspadai jika anak umur 4 tahun masih sering mengalami tantrum.