MAMIKITA.COM – Kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) di Jawa Barat kembali mencuat setelah 1.333 warga di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, mengalami kejadian luar biasa (KLB).

Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jabar, dr Ryan Bayusantika Ristandi, mengungkapkan pihaknya menerima 163 sampel kasus keracunan MBG dari 11 kabupaten/kota sejak Januari hingga September 2025. Dari jumlah itu, tercatat sebanyak 20 kali KLB.

“Sebanyak 72 persen sampel uji mikrobiologi hasilnya negatif, sementara 23 persen positif. Bakteri yang terdeteksi di antaranya vibrio cholera, staphylococcus aureus, escherichia coli, hingga bacillus cereus,” kata Ryan saat dihubungi, Kamis (25/9/2025) malam.

Untuk uji kimia, lanjut Ryan, 92 persen sampel dinyatakan negatif, sedangkan delapan persen positif mengandung nitrit. Dari hasil tersebut, keracunan MBG paling sering dipicu oleh bakteri salmonella dan bacillus cereus.

Ia menekankan higienitas dapur sebagai faktor krusial dalam penyelenggaraan MBG. Air, peralatan, hingga kebersihan pekerja dapur disebut sangat berpengaruh terhadap potensi keracunan makanan.

“Jika air yang digunakan tercemar, bisa menjadi sumber masuknya kuman penyebab keracunan seperti e coli, salmonella, vibrio cholerae. Pekerja dapur juga sering kali menjadi carrier bakteri patogen,” ujarnya.

Ryan mengingatkan agar pekerja dapur menjaga kebersihan tangan, kuku, rambut, pakaian kerja, serta tidak menangani makanan saat sakit. Faktor penyimpanan makanan yang dibiarkan terlalu lama di suhu ruang juga menjadi penyebab utama makanan mudah basi.

Untuk mencegah kasus berulang, ia menegaskan dapur MBG wajib tersertifikasi sesuai standar PMK 1096/2011 tentang hygiene sanitasi jasa boga. Selain itu, bahan makanan harus segar, peralatan masak steril, serta pekerja disiplin dalam menjaga kebersihan.

“Wajib melakukan cuci tangan sebelum mengolah makanan, menggunakan celemek, penutup kepala, dan tidak boleh bekerja apabila sedang sakit, misalnya diare atau flu berat,” tegasnya.