Rupanya kasus skizofrenia di Indonesia ini memiliki pengidap terbanyak di dunia. menurut hasil Disability Adjustes Life Years menyebutkan, kalau jumlah pasien Skizofrenia di Indonesia menduduki peringkat nomor satu di dunia.

Apabila merujuk pada hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan kalau sekitar 450 ribu masyarakat Indonesia merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat.

Melansir dari akun Instagram @pandemictalks bahwa sepanjang 2024 ini penderita skizofrenia paling banyak diopname di RS-RS Jakarta.

Alasan Kasus Skizofrenia Di Indonesia, Tertinggi Di Jakarta

Tingkat stres yang tinggi di Jakarta, menjadi salah satu pemicu timbulnya masalah kesehatan jiwa. Sepanjang tahun 2024, penderita skizofrenia tercatat paling tinggi diopname di DKI Jakarta.

Data dari Dinas Kesehatan Jakarta itu tercatat, bahwa jumlah pasiennya lebih banyak dari pasien pneumonia, diare dengan skizofrenia (ODS). Mereka ini dirawat inap di berbagai rumah sakit umum serta 55.253 ODS yang awat jalan.

Ketua perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Jakarta, Eria Istriana mengatakan bahwa penyebab skizofrenia multifaktor dan tidak berdiri sendiri. Diantaranya faktor biologis seperti genetik.

Kemudian alasan kasus skizofrenia di Indonesia tinggi, juga pengaruh dari faktor psikologis seperti pola asuh, kepribadian dan manajemen stres individu. Hingga faktor sosial, seperti kondisi lingkungan tempat tinggal, trauma, kedukaan, KDRT dan bullying.

Apa Itu Skizofrenia?

Skizofrenia adalah gangguan mental berat yang dapat mempengaruhi tingkah laku, emosi dan komunikasi. Skizofrenia ini bisa mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir dan perubahan perilaku.

Perlu diketahui bahwa penderita skizofrenia ini berisiko 2-3 kali lebih tinggi mengalami kematian pada usia muda. Hal ini karena skizofrenia umumnya disertai dengan penyakit lain. Seperti penyakit jantung, diabetes atau indeksi.

Selain itu juga skizofrenia ini sangat rentan melakukan percobaan bunuh diri. Skizofrenia ini sering kali disamakan dengan psikosis, padahal keduanya berbeda.

Psikosis ini hanyalah salah satu dari gejala gangguan mental, seperti gangguan bipolar, delusi, depresi berat dan skizofrenia. Meski begitu gejala psikosis ini dapat muncul pada penderita skizofrenia namun tidak semua penderita pasti mengalaminya.

Untuk penyebabnya sendiri, belum diketahui secara pasti. Namun, ada faktor yang diduga dapat meningkatkan terjadinya skizofrenia, di antaranya faktor genetik dan pengaruh lingkungan.

Pengobatan Serta Pencegahan Skizofrenia

Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan skizofrenia. Namun ada pengobatan yang dapat mengendalikan dan mengurangi gejala dari pasien. Sehingga mereka dapat hidup layaknya orang normal.

Akan tetapi pengobatan tersebut harus dilakukan seumur hidup. Serta diikuti dengan kontrol rutin. Penanganan skizofrenia juga dapat dengan obat-obatan, psikoterapi dan terapi seperti elektrokonvulsi atau pemberian gelombang elektromaknetik ke otak.

Skizofrenia ini dapat dicegah sepenuhnya. Sebab dapat dipicu oleh faktor genetik dan ketidakseimbangan zat di dalam otak.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mendeteksi dan mengobatinya sejak dini. Sehingga perburukan dan kekambuhan akan penyakit tersebut dapat dicegah.

Itulah tadi mengapa kasus skizofrenia di Indonesia tertinggi di dunia, terutama Jakarta. Meski begitu penderita skizofrenia tetap bisa tanggulangi dan dicegah menjadi lebih parah dengan berbagai pengobatan yang ada sekarang ini.