Meninggalnya janin dalam kandungan atau juga dikenal sebagai intrauterine fetal death (IUFD), merupakan peristiwa yang tragis dan menyakitkan bagi ibu maupun keluarga.

Meskipun tidak ada gejala yang pasti untuk mendeteksi IUFD, Namun ada beberapa tanda-tanda yang perlu bunda waspadai.

Ciri-Ciri Janin Meninggal dalam Kandungan

Berikut ciri-ciri janin meninggal dalam kandungan yang perlu bunda ketahui

1. Janin tidak bergerak

Pergerakan janin adalah salah satu indikator kesehatan janin yang bisa dirasakan oleh ibu hamil. Jika janin tidak bergerak sama sekali setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu, ini bisa menjadi tanda bahwa janin sudah meninggal dalam kandungan.

Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk menghitung jumlah tendangan atau gerakan janin setiap harinya. Jika ada penurunan atau berhentinya gerakan janin, segera hubungi dokter untuk memeriksa detak jantung janin.

2. Pendarahan

Pendarahan saat hamil bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti implantasi, infeksi, atau plasenta previa. Namun, jika perdarahan terjadi secara terus-menerus, terutama pada trimester kedua atau ketiga, dan disertai dengan rasa nyeri atau kram, ini bisa menjadi tanda bahwa janin sudah meninggal dalam kandungan.

Salah satu penyebabnya adalah abrupsio plasenta, yaitu kondisi di mana plasenta lepas dari dinding rahim sebelum waktunya. Hal ini bisa mengakibatkan gangguan aliran darah dan oksigen ke janin.

3. Kram perut

ibu hamil keram perut
Ilustrasi Ibu Hamil Keram Perut (Foto:Canva)

Kram perut saat hamil bisa terjadi karena perubahan hormon atau fisik yang dialami oleh ibu hamil. Namun, jika kram terjadi secara terus-menerus dan sangat hebat, ini bisa menjadi tanda bahwa janin sudah meninggal dalam kandungan.

Kram perut yang parah juga bisa disebabkan oleh kehamilan ektopik, yaitu kondisi di mana janin berkembang di luar rahim, biasanya di saluran tuba. Kehamilan ektopik bisa mengancam nyawa ibu hamil jika tidak segera ditangani.

4. Sakit punggung

ibu hamil sakit punggung
Ilustrasi Ibu hamil Sakit Punggung (Foto:Canva)

Sakit punggung saat hamil juga bisa terjadi karena perubahan hormon atau fisik yang dialami oleh ibu hamil. Namun, jika sakit punggung terjadi secara tiba-tiba dan sangat hebat, ini bisa menjadi tanda bahwa janin sudah meninggal dalam kandungan.

Sakit punggung yang hebat juga bisa disebabkan oleh infeksi saluran kemih, yang bisa menyebar ke ginjal dan menyebabkan komplikasi pada kehamilan.

5. Detak jantung janin tidak terdeteksi

Detak jantung janin adalah salah satu indikator kesehatan janin yang bisa dideteksi oleh dokter menggunakan alat Doppler atau stetoskop.

Jika detak jantung janin tidak terdeteksi dengan alat tersebut, ini bisa menjadi tanda bahwa janin sudah meninggal dalam kandungan. Hal ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti janin terlilit tali pusar, ibu hamil menderita penyakit tertentu, atau gangguan genetik pada janin.

Penyebab Janin Meninggal dalam Kandungan

Janin meninggal dalam kandungan, atau stillbirth, merupakan kondisi ketika janin meninggal di dalam rahim setelah usia kehamilan 20 minggu.

Kondisi ini dapat terjadi tanpa gejala atau dengan gejala yang bervariasi. Penyebab pasti janin meninggal dalam kandungan seringkali tidak diketahui, namun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini antara lain:

1. Gangguan Plasenta

Plasenta merupakan organ yang bertanggung jawab untuk mengangkut nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin. Gangguan pada plasenta, seperti abrupsi plasenta (pemisahan plasenta dari rahim sebelum waktunya) atau insufisiensi plasenta (kegagalan plasenta untuk mengangkut nutrisi dan oksigen secara memadai), dapat menyebabkan janin meninggal dalam kandungan.

2. Penyakit yang diderita Ibu Hamil

Beberapa penyakit yang diderita ibu selama kehamilan dapat meningkatkan risiko janin meninggal dalam kandungan, seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

3. Infeksi

Infeksi bakteri, virus, atau parasit selama kehamilan dapat menyebabkan janin meninggal dalam kandungan. Beberapa jenis kuman yang dapat meningkatkan risiko tersebut adalah Streptococcus, E. coli, Chlamydia, Listeria, Toxoplasma, Plasmodium, atau virus Rubella.

4. Cacat lahir

 Cacat lahir yang parah dapat menyebabkan janin meninggal dalam kandungan. Beberapa jenis cacat lahir yang dapat meningkatkan risiko tersebut adalah cacat pada jantung, otak, atau tulang belakang.

5. Janin terlilit tali pusar

Tali pusar merupakan saluran yang menghubungkan janin dengan plasenta. Jika tali pusar melilit leher janin dengan erat, dapat menyebabkan gangguan aliran darah ke janin dan mengakibatkan kematian janin.

6. Pola hidup yang tidak sehat

Pola hidup yang tidak sehat selama masa kehamilan, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau menggunakan obat-obatan terlarang, dapat meningkatkan risiko janin meninggal dalam kandungan.

7. Faktor usia

Resiko janin meninggal dalam kandungan meningkat pada ibu yang berusia di atas 35 tahun.

Jika ibu hamil mengalami salah satu dari gejala-gejala di atas, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, USG, dan tes darah untuk menentukan apakah janin masih hidup atau tidak. Jika janin telah meninggal dalam kandungan, dokter akan membahas opsi penanganan selanjutnya, seperti induksi persalinan atau operasi Caesar.