Bagaimana cara mengatasi anak yang suka menggesekkan kemaluannya. Anak kecil memang masih sangat suka mengekplorasi dan ingin menuntaskan rasa keingintahuannya.

Bagi anak laki-laki mungkin menggesekkan alat kelaminnya dinilai sangat enak. Baik itu ke ubin, kasur, lantai, bantal dan lain sebagainya. Apakah kebiasaan tersebut memang baik atau tidak?

Cara Mengatasi Anak Yang Suka Menggesekkan Kemaluannya

Banyak ibu yang merasa khawatir jika anak mereka bermain dengan alat kelaminnya. Hal ini karena edukasi seks menjadi hal yang sangat tabu sekali.

Padahal anak dengan usia 3-6 tahun sedang mengalami kondisi biologi. Dimana anak sangat ingin memainkan alat kelaminnya karena menimbulkan rasa yang nikmat.

Selain itu juga anak sedang memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar. Sehingga membuat dirinya ingin mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya. Sehingga memang sangat normal melihat anak usia segitu senang memainkan alat kelaminnya.

Lantas bagaimana cara mengatasi anak yang suka menggesekkan kemaluannya? Sebaiknya orang tua tidak menegur anak dengan keras. Sebab anak bisa jadi anak tetap melakukan kegiatannya tersebut namun dengan cara yang diam-diam.

Sebaiknya orang tua melakukan pendekatan yang komunikatif. Coba tanyakan kepada anak apa yang dirinya rasakan ketika memainkan alat kelaminnya tersebut. Beri tahu anak bahwa kebiasaan tersebut sangat tidak baik untuknya.

Sebaiknya berikan anak kegiatan yang membuatnya sibuk, sehingga perhatiannya dapat teralihkan. Sehingga dapat menjadi cara yang ampuh untuk atasi masalah tersebut.

Lebih baik untuk mencegah rasa penasaran anak menjadi berkembang ke hal yang lebih ektrem lagi. Ada baiknya ayah dan bunda mengajarkan anak tentang edukasi seksual sejak dini.

Ini adalah pelajaran yang sangat penting kepada anak. Dibandingkan anak mengekplorasi rasa keingintahuannya dengan hal yang tidak baik. Lebih baik ayah dan bunda mengajarkan dia tentang edukasi seksual sejak usia dini.

Jadi bagaimana cara mengatasi anak yang suka menggesekkan kemaluannya. Sebaiknya tidak menegur anak secara keras, lebih baik gunakan pendekatan yang komunikatf.