Menulis adalah salah satu keterampilan dasar yang penting dikuasai anak sejak dini. Tidak hanya sekadar melatih tangan untuk menghasilkan huruf, menulis juga berperan besar dalam perkembangan bahasa, kognitif, dan motorik halus.

Namun, kemampuan menulis tidak muncul begitu saja. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui anak sesuai dengan perkembangan usianya.

Berikut tahapan menulis anak yang wajib dilalui:

1. Coretan Bebas (Scribbling Stage)

Tahap pertama dimulai ketika anak mulai memegang pensil, krayon, atau spidol. Biasanya terjadi pada usia 1–3 tahun. Anak akan membuat coretan tak beraturan di kertas, dinding, atau lantai.

  • Tujuannya bukan menulis huruf, melainkan melatih koordinasi mata dan tangan.
  • Meski tampak seperti “corat-coret,” tahap ini penting untuk mengembangkan kontrol otot tangan.

Tips untuk orang tua: Sediakan kertas kosong atau papan tulis agar anak bebas bereksplorasi tanpa merusak barang di rumah.

2. Meniru Bentuk (Mock Letters)

Pada usia 3–4 tahun, anak mulai mencoba membuat bentuk yang menyerupai huruf, meski belum jelas. Mereka mungkin menggambar lingkaran, garis zig-zag, atau tanda-tanda tertentu yang menurutnya mirip tulisan.

  • Anak mulai sadar bahwa simbol bisa memiliki arti.
  • Mereka kadang meniru tulisan orang dewasa meskipun belum terbaca.

Tips: Tunjukkan huruf dengan cara menyenangkan, misalnya melalui kartu alfabet atau permainan menulis di pasir.

3. Mengenal Huruf dan Nama Diri

Tahap ini biasanya muncul saat anak usia 4–5 tahun. Mereka mulai mampu menulis huruf tertentu, terutama huruf awal dari namanya.

  • Anak senang menulis nama sendiri berulang-ulang.
  • Mulai bisa menyalin huruf dari papan tulis atau buku

Tips: Ajak anak berlatih menulis nama dengan cara kreatif, misalnya menempel huruf-huruf stiker atau menulis dengan spidol warna-warni.

4. Menulis Kata Sederhana

Ketika masuk usia 5–6 tahun, anak mulai bisa merangkai huruf menjadi kata, meski ejaannya belum sempurna. Misalnya, menulis “kcuing” untuk “kucing”.

  • Anak memahami hubungan antara bunyi dan huruf.
  • Ejaan fonetik (menulis sesuai bunyi) adalah hal wajar.

Tips: Jangan terlalu cepat mengoreksi kesalahan ejaan. Fokuslah pada semangat anak untuk menulis.

5. Menulis Kalimat Pendek

Tahap ini biasanya muncul saat anak memasuki sekolah dasar awal (kelas 1–2). Anak sudah mulai menulis kalimat sederhana dengan struktur subjek dan predikat.

  • Contoh: “Ibu masak nasi.”
  • Tanda baca mulai diperkenalkan, meski sering terlewat.

 Tips: Dorong anak untuk menulis cerita pendek tentang pengalaman sehari-hari, seperti “Liburan ke taman” atau “Hari ulang tahun saya.”

6. Menulis dengan Struktur Lebih Lengkap

Memasuki usia 8–10 tahun (kelas 3–4 SD), anak sudah mampu menulis paragraf sederhana dengan alur yang jelas.

  • Anak mulai memahami penggunaan huruf kapital, tanda titik, dan koma.
  • Kosakata semakin kaya sehingga kalimat lebih bervariasi.

Tips: Ajak anak membuat jurnal harian atau surat untuk anggota keluarga.

7. Menulis Kreatif

Pada usia 10 tahun ke atas, anak mulai bisa menulis cerita, karangan, atau opini sederhana.

  • Mereka bisa menyusun teks narasi, deskripsi, atau laporan.
  • Anak mampu menghubungkan ide-ide menjadi tulisan yang lebih panjang.

Tips: Dukung anak untuk ikut lomba menulis, membuat blog sederhana, atau menulis puisi.

Tahapan menulis anak adalah proses bertahap yang tidak bisa dipaksakan. Setiap anak memiliki ritme perkembangan yang berbeda. Yang terpenting, orang tua dan guru harus memberikan dukungan, apresiasi, serta suasana belajar yang menyenangkan.

Dengan begitu, menulis tidak hanya menjadi keterampilan, tetapi juga sarana anak untuk berekspresi dan menuangkan ide-idenya.